Tips menulis puisi. Bagi Anda penggemar buku sastra, tentu tak asing dengan jenis tulisan sastra puisi. Sepertinya siapapun dapat menulis puisi. Meskipun memang standart bagus tidaknya puisi ini relatif. Ada puisi yang memiliki kata-kata yang padat dan panjang, disertai diksi yang menggugah rasa. Ada pula penulis puisi terkenal, seperti Chairil Anwar, yang banyak menyuarakan ketidakadilan. Ya, semua orang dapat menulis puisi layaknya penulis puisi terkenal.
Ada banyak alasan mengapa banyak orang masih menyukai puisi. Menulis puisi tentu tidak bisa lepas dari keindahan dan permainan bunyi dari kata-kata yang diciptakan sang pengarang. Puisi sendiri merupakan karya sastra yang terikat oleh irama, rima dan penyusun bait dan baris yang bahasanya terlihat indah dan penuh makna.
Puisi sendiri terbagi menjadi dua, yaitu puisi lama dan puisi modern. Puisi lama masih terikat dengan jumlah baris, bait, ataupun rima (sajak). Contoh puisi lama adalah pantun dan syair. Sementara puisi modern tidak terikat pada bait, jumlah baris, atau sajak dalam penulisannya sehingga puisi modern sering disebut sebagai puisi bebas.
Berbicara tentang sejarah puisi Indonesia sendiri, sudah banyak nama-nama besar yang masuk dalam buku sejarah sastra Indonesia. Sebut saja seperti, Chairil Anwar, WS Rendra, Taufik Ismail, Sapardi Djoko Damono, dan masih banyak lainnya.
Kemahiran mereka dalam mengolah kata-kata dan pandai melihat situasi inilah yang membuat nama mereka menjadi besar. Puisi tidak selalu identik dengan asmara. Banyak penulis puisi terkenal seperti mereka yang menyuarakan keadilan, kemerdekaan, dan semangat perjuangan melalui tulisan mereka. Untuk itu, Anda perlu memahami langkah menulis puisi dari para penulis terkenal.
Tulisan para penulis puisi terkenal tersebut bahkan berpengaruh dalam hal revolusi. Mereka turut andil dalam membangun Indonesia karena tidak sedikit karya mereka yang secara tidak langsung mempengaruhi moral dan pemikiran bangsa.
Sebenarnya esensinya masih sama, hanya kita berada di jaman yang berbeda. Jika dulu masalah yang dihadapi adalah ketidakadilan di masa revolusi, di masa teknologi informasi ini kita dihadapkan oleh permasalahan baru. Apakah hal tersebut bisa menjadi sumber inspirasi menulis puisi? Tentunya bisa.
Baca Juga: Bagaimana Kriteria Buku Ajar yang Baik?
Manfaat Menulis Puisi
Selain dapat menyuarakan ide dan aspirasi kalian, sebenarnya ada banyak manfaat menulis puisi seperti penulis puisi terkenal yang dapat Anda rasakan. Salah satunya adalah:
1. Menumbuhkan Kreativitas
Jika Anda ingin meningkatkan kreativitas, menulis puisi merupakan salah satu cara terbaiknya. Puisi membuat kita pandai dalam mengolah kata seperti majas dan diksi.
Dengan menentukan diksi (kata) yang tepat saat akan membuat puisi, secara tidak sadar Anda sedang menumbuhkan kreativitas. Sebab, bukan hanya memilih kata-kata saja, selanjutnya pun Anda masih harus mengolah dan menyajikan kata-kata tersebut supaya jadi deretan baris yang indah.
2. Kesempatan Penghasilan Tambahan
Siapa bilang berkarya dengan menulis puisi tidak dapat dipublikasikan? Jangan salah, menulis puisi dan menerbitkan di media cetak atau online, Anda bisa berkesempatan mendapatkan penghasilan tambahan. Jika Anda memiliki puisi yang bagus, jangan segan-segan untuk mengirim puisi Anda ke media penyedia untuk puisi, seperti koran, majalah, tabloid, atau media lainnya.
3. Belajar Berkarya dan Mengekspresikan Karya Seni
Manfaat menulis puisi lainnya yang dapat Anda rasakan adalah perlahan-lahan Amda akan melahirkan karya dan berani untuk mengungkapkan sesuatu tanpa bantuan orang lain.
Dengan rajin menulis puisi, Anda jadi berani berkarya dan berekspresi, tanpa peduli apa kata orang lain. Di era yang serba instan seperti ini, tak ada alasan lagi buat kamu untuk nggak percaya diri dan malu-malu berkarya.
4. Perasaan Menjadi Lega
Menulis puisi juga bisa menjadi media untuk menuangkan perasaan yang sedang Anda rasakan. Daripada curhat ke orang lain tapi tidak memberikan solusi yang berarti, menuliskan kegelisahan Anda dalam sebuah puisi dapat mengurangi rasa kecewa atau sedih yang dirasakan. Setelah semuanya keluar dalam barisan kata-kata, perasaan Anda menjadi lebih lega, karya baru pun tercipta.
Jangan sungkan untuk mengumpulkan semua karya puisi Anda. Jika sudah terkumpul, Anda dapat menerbitkan dalam bentuk antologi puisi.
Baca Juga: Ingin Menjadi Novelis? Pahami 5 Langkah Ini
3 Tips Menulis Puisi
Lantas, bagaimana syarat puisi yang bagus seperti penulis puisi terkenal?
Dilansir dari Gerakan Menulis Buku Indonesia, Sapardi Djoko Damono, salah satu penulis puisi terkenal pernah menyampaikan ada empat poin penting dalam menulis buku.
1. Buatlah Jeda
Sapardi, penulis tidak boleh terlibat secara emosional dengan apa yang akan ditulis. Maka, ketika hendak menulis sajak, kita harus memberi jeda/jarak.
Misalnya dalam kondisi marah, Sapardi tidak akan menulis puisi. Karena jika memaksakan menulis, maka yang keluar hanyalah kemarahan-kemarahan. Jika dirasa sudah ada jarak dengan peristiwa, barulah ia berani melanjutkan menulis puisinya lagi.
Sama halnya ketika suasana hati sedang jatuh cinta. Puisi yang dibuat pasti akan cengeng. Karena itu, membuat jeda/jarak dengan peristiwa sangat penting.
Sapardi mengatakan jika kondisi sedang marah sajak akan dipenuhi pentungan (tanda seru-red). Sementara jika sedang jatuh cinta ia akan banyak menulis titik-titiknya.
2. Sajak Ada di Sekitar Kita
Membuat puisi tidak harus yang mengawang-awang, melangit, yang justru menyulitkan penulis sendiri.
Sapardi memberikan contoh. Ada satu karyanya berjudul “Berjalan ke Barat di Waktu Pagi Hari” yang karena begitu sederhananya, justru masuk dalam antologi puisi dunia bersama satu karya dari Rendra. Berikut puisinya:
Berjalan ke Barat di Waktu Pagi Hari
waktu aku berjalan ke barat di waktu pagi matahari mengikutiku
di belakang
aku berjalan mengikuti bayang-bayangku sendiri yang memanjang
di depan
aku dan matahari tidak bertengkar tentang siapa diantara kami
yang telah menciptakan bayang-bayang
aku dan bayang-bayang tidak bertengkar tentang siapa diantara
kami yang harus berjalan di depan
Sapardi sendiri kurang mengerti mengapa sajak itu bisa begitu dihargai hingga telah diterjemahkan ke lebih dari 20 bahasa serta dapat masuk dalam antologi yang mencatat karya sastra top dunia dari berbagai periode. Dari sajak-sajak yang dibuat Sapardi, sajak inilah yang paling disukai dan dihafalnya.
3. Jangan Meniru Karya Sendiri
Kejahatan paling sadis menurut Sapardi adalah selalu meniru karyanya sendiri. Kalau dilakukan, ini dosa besar. Akibatnya, tidak sedikit sastrawan yang selalu berputar di wilayah yang itu-itu saja. Kreativitasnya mandek.
Kalau orang mengenalnya sebagai penulis puisi cinta, menurut Sapardi itu keliru besar. Sebab, selama ini banyak sekali tema yang ditulisnya di luar topik percintaan. Seperti keresahan sosial, masa kecil, keluarga, kritik kepada penguasa, dan sebagainya.
Agar kreativitas tidak mandek dan terus mengalir, Sapardi selalu membaca apa saja. Karena dengan membaca, wawasan menjadi terbuka. Perbendaharaan kata menjadi kaya.
“Puisi itu sebenarnya menipumu. Seperti pesulap, kalian digiring melalui kata-kata menuju makna tertentu,” kata Sapardi.
Demikian ulasan cara penulis puisi terkenal menuliskan karya puisinya. Jika Anda tertarik dengan sastra dan gemar menulis puisi, lanjutkan dan kumpulkan. Jangan patah semangat untuk terus berkarya, ya. Siapa tahu puisi-puisi Anda akan menjadi salah satu puisi sepanjang masa seperti penulis puisi terkenal lainnya.