Pengertian Teks Editorial, dari Fungsi, Ciri, hingga Contoh Lengkap

teks editorial

Teks editorial menjadi salah satu jenis tulisan yang bisa kita temui dalam sebuah media massa. Apakah kamu sudah pernah mendengar teks editorial sebelumnya? Jika belum maka di sini kamu akan mendapatkan jawabannya. 

Teks editorial biasanya berupa teks yang berisi opini pribadi seseorang terhadap suatu masalah, maka kamu sudah menemukan yang namanya teks editorial. Teks editorial bisa juga disebut sebagai teks opini.

Teks editorial atau teks opini ini menjadi menarik dibahas karena semua orang dapat melakukannya. Tanpa memandang bulu apa profesinya. Yang terpenting, kamu dapat menyampaikan pendapat pribadi yang bertanggung jawab dan dituangkan dalam sebuah tulisan. 

Jenis tulisan ini juga cocok buat kamu yang gemar mengikuti informasi terkini. Teks editorial dapat menjadi salah satu wadah karya tulisan dimana kamu bisa ikut berkomentar atau mengeluarkan opini secara lebih bijaksana karena berupa tulisan opini yang tentunya kamu akan memberikan saran gagasan terkait masalah yang ada. 

Nah supaya lebih jelas terkait teks editorial, mari kita ulas secara lengkap pada artikel ini.  

 

Pengertian Teks Editorial 

Jika kita membedah kata teks editorial mengacu pada KBBI, editorial memiliki dua arti. Pertama, editorial memiliki arti ‘mengenai atau berhubungan dengan editor atau pengeditan.’ Arti kedua, editorial adalah ‘artikel dalam surat kabar atau majalah yang mengungkapkan pendirian editor atau pimpinan surat kabar (majalah) tersebut mengenai beberapa pokok masalah; tajuk rencana.’

Dari pengertian editorial berdasarkan KBBI itu, kita dapat menarik konsep sebagai pemahaman pengertian teks editorial. Jadi teks editorial merupakan sebuah artikel yang mengungkapkan pendirian editor atau pimpinan media terhadap suatu peristiwa atau masalah dari berbagai macam hal. Mulai dari masalah politik, ekonomi, peristiwa fenomenal, klasifikasi media, hingga kejadian kontroversial.

 

Pandangan itu tentunya berlandaskan sisi subjektivitas dari pendirian tim redaksi dalam media tersebut. Artinya, sebuah teks editorial mewakili pandangan atau suara dari kebijakan redaksi yang diterapkan dalam sebuah media massa. Dengan kata lain, editorial itu bersifat subjektif dan isi atau konten dalam artikelnya berupa opini dari redaksi.

 

Dari penjelasan itu, maka dapat disimpulkan bahwa teks editorial merupakan artikel yang berisikan pandangan atau opini redaksi media massa terhadap suatu peristiwa, isu, atau masalah.

Pengertian teks editorial sebagai tulisan opini juga didukung dari pendapat para ahli yang kami ambil dari berbagai sumber, diantaranya sebagai berikut: 

1. Dja’far H Assegaf

Menurut Dja’far H Assegaf teks editorial adalah penjelasan yang singkat, logis dan menarik tentang suatu fakta atau pendapat untuk dipelajari dari bentuk tulisannya, dan bertujuan untuk mempengaruhi atau menyampaikan suatu argumentasi Tafsir berita yang mempunyai pengaruh demikian. 

2. Kosasih

Menurut Kosasih (2017, hlm. 282) mengungkapkan bahwa teks editorial merupakan kolom khusus Alma surat kabar yang berisi tanggapan redaksi media baik itu sekedar pendapat, kritik, pujian, hingga sindiran terhadap suatu peristiwa faktual yang tengah terjadi di lingkungan masyarakat luas.

3. Sumadiria

Sumadiria (2011, hlm. 82) menyatakan bahwa tajuk rencana dapat diartikan sebagai opini redaksi yang berisi aspirasi, pendapat, dan sikap resmi media terhadap berbagai persoalan, kejadian atau fenomena aktual yang kontroversial yang sedang terjadi di dalam lingkungan masyarakat.

 

Dapat disimpulkan bahwa teks editorial ini merupakan salah satu kolom berita yang berisi opini dengan topik pembahasan terkini atau topik yang sedang hangat-hangatnya. 

Karena hal yang ditanggapi adalah sebuah teks berita, maka di dalamnya terkandung fakta yang bercampur dengan pendapat subjektif (bukan fakta). Oleh karena itu, untuk bisa membedakan mana yang fakta dan mana yang sekedar opini adalah dari bagaimana keharusan dalam menanggapinya. Teks editorial yang baik akan membuka wawasan yang lebih luas dan tidak memaksakan suatu ideologi atau pendapat tertentu bagi pembacanya.

Baca Juga: Cara Membedakan dan Mengecek Kata Baku dan Tidak Baku

Ciri-Ciri Teks Editorial 

Dibandingkan jenis teks yang lain, ada beberapa ciri teks editorial yang bisa kamu amati dengan mudah. Diantaranya: 

  • Berisi opini redaksi tentang sebuah kejadian yang aktual sehingga subjektif
  • Argumen disertai landasan bukti berdasarkan fakta dan data yang mendukung
  • Teks disusun secara sistematis serta logis dengan kalimat singkat, padat, dan jelas yang dapat menarik minat pembaca
  • Terdapat kritik, apresiasi, prediksi maupun saran terhadap topik yang dibahas
  • Ada bagian yang menguraikan fakta dan ada pula bagian yang merupakan opini. Baik fakta dan opini di dalam teks redaksional disusun secara sistematis, logis, dan menarik serta bertujuan membentuk opini publik.
  • Peristiwa yang dibahas berskala nasional. Peristiwa internasional mungkin dibahas jika memberikan dampak secara nasional
  • Nama penulis tidak dicantumkan karena teks editorial merupakan pendapat redaksi sehingga tidak akan ada kata ganti saya.
  • Terkadang, dalam teks editorial atau tajuk rencana terdapat ramalan atau prediksi atau analisis kondisi yang berfungsi mempersiapkan masyarakat akan kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi serta meneruskan penilaian moral mengenai berita tersebut.

 

Fungsi Teks Editorial

Jika dilihat dari fungsinya, ada banyak fungsi dari teks editorial. Dirangkum dari berbagai sumber, berikut adalah fungsi teks editorial. 

  • Fungsi editorial secara umum dapat menjelaskan suatu pesan dan konsekuensinya kepada publik.
  • Memberikan informasi latar belakang tentang hubungan berita dan realitas sosial serta faktor-faktor yang mempengaruhinya.
  • Kadang-kadang ada analisis mutakhir, yang tugasnya adalah mempersiapkan komunitas untuk menghadapi apa yang mungkin terjadi.
  • Lanjutkan penilaian moral atas berita.

Baca Juga: Tips Menulis Puisi dari Penulis Puisi Terkenal

Syarat Penulisan Teks Editorial

Nah dalam penulisan teks editorial, juga perlu memperhatikan beberapa syarat karena teks editorial ibarat representasi redaksi dalam menanggapi sebuah isu terhangat. Syarat penulisan diantaranya adalah:

1. Faktual

Subjek penulisan teks editorial harus selalu menjadi apa yang dibicarakan di depan umum, terkini dan faktual.

2. Bahasa Semi Formal

Jenis huruf ini biasanya ditemukan di surat kabar, sehingga tidak dapat diklasifikasikan sebagai tulisan akademis. Karena alasan ini, bahasa yang digunakan tidak boleh sangat seragam dan formal. Gunakan bahasa semi-padat yang biasa kamu temukan setiap hari, tetapi dengan ejaan dan aturan yang baik dan benar.

3. Isi Singkat dan Padat

Tajuk rencana bukanlah esai atau makalah. Tuliskan masalah dan pendapat secara singkat. Hindari membuat pernyataan berulang. Namun, pastikan bahwa masalah, pendapat dan saran dikomunikasikan dengan benar dan lengkap.

4. Pilih Isu yang Relevan

Editorial memberikan informasi dan pendapat terbaru tentang topik paling penting dalam komunitas. Jadi saat menulis, pastikan bahwa masalah yang Anda pilih adalah salah satu masalah yang benar-benar banyak dibahas dan memiliki dampak besar pada kehidupan orang.

5. Harus Fungsional

Menulis tidak hanya menggambarkan masalah, tetapi juga mengekspresikan ide pemecahan masalah. Pastikan solusi yang disarankan sesuai dan dapat diterapkan sehingga Tajuk Rencana benar-benar membantu menyelesaikan masalah komunitas.

Karena harus ada dua unsur fakta dan opini dalam penulisan teks editorial, maka untuk menulisnya kamu harus bisa memilah mana yang berita yang kamu jadikan fakta dan mana tanggapan pribadi. Keduanya harus melebur jadi satu sehingga dapat memberikan wawasan baru bagi para pembaca. 

 

Struktur Teks Editorial

Penyusunan teks editorial memiliki struktur yang perlu diperhatikan, supaya fakta dan opini dapat dibaca dengan bijak oleh pembaca. Berikut adalah struktur membangung teks editoria;. 

1. Tesis

Tesis berisi pernyataan pendapat penulis mengenai permasalahan dari topik yang diangkat. Penulis akan menyampaikan sudut pandangnya dengan menyertakan teori yang akan diperkuat oleh argumennya.

Di sini kamu dapat menyampaikan pendapat secara luas. Namun pendapat tidak boleh hanya pendapat saja, pendapat yang disertai dasar atau teori penunjangnya. Misalnya, kamu sedang membahas soal isu terhangat seputar aplikasi Tiktok yang menjadi viral di saat pandemi, nah kamu bisa menuangkan argumenmu apakah itu positif atau negatif. 

Apabila kamu menilai fenomena tersebut adalah fenomena positif, maka kamu bisa mencari teori yang mendukungnya. Misalnya dengan memberi contoh teori marketing, teori digital marketing, teori behaviour manusia, dan sebagainya. 

2. Argumentasi

Bagian yang menyajikan opini dengan landasan data dan fakta untuk memperkuat pernyataan sebelumnya pada bagian pembuka. Pendapat yang berseberangan dengan pendapat penulis juga disajikan sebagai pembanding sekaligus kritik terhadap opini tersebut.

Nah seperti penjelasan di atas, selain memberikan teori, kamu juga perlu menampilkan data fakta juga pembanding lainnya. Contohnya masih membahas tentang Tiktok, maka kamu dapat memberikan fakta seputar pengguna Tik Tok sekarang, kemudian perbandingan antara pengguna dengan media sosial lainnya. 

 

3. Penegasan Ulang Pendapat atau Reiterasi

Pendapat yang sudah disampaikan akan ditegaskan kembali serta didorong oleh fakta yang telah disampaikan pada bagian argumentasi. Inilah yang menjadi bagian akhir pada teks editorial.

Di sini kamu bisa memberikan penegasan akhir, misalnya dapat disimpulkan bahwa aplikasi Tiktok menjadi salah satu alternatif media sosial yang dapat digunakan sebagai hiburan maupun sarana marketing bagi para pelaku usaha. 

Baca Juga: Ingin Menjadi Novelis? Pahami 5 Langkah Ini!

Kaidah Kebahasaan Teks Editorial

Berbeda dengan teks berita yang langsung menyebutkan fakta dengan unsur 5W+1H, teks editorial memiliki kaidah tersendiri. Meskipun sebenarnya hampir sama. Teks ini termasuk ke dalam teks eksposisi, dimana kaidah kebahasaannya justru lebih dekat dengan bahasa jurnalistik. Hal ini karena pada dasarnya tujuan penulisan teks editorial adalah menyampaikan pendapat mengenai suatu berita.

Oleh karena itu, wajar saja jika kaidah kebahasaannya juga masih berkaitan erat dengan teks berita. Berikut adalah ciri-ciri bahasa atau kaidah kebahasaan teks editorial.

1. Banyak Menggunakan Kalimat Retoris

Kalimat retoris utama yang sering digunakan adalah kalimat pertanyaan yang tidak ditujukan untuk dijawab namun untuk merangsang pembaca agar merenungkan suatu masalah lebih dalam.

2. Menggunakan Kata Populer

Penggunaan kata-kata populer sehingga lebih mudah untuk dicerna oleh khalayak masyarakat seperti: menengarai, pencitraan, balada, terkaget-kaget, dsb. Penggunaan kata populer juga ditujukan agar pembaca tetap rileks meskipun tulisan dipenuhi tanggapan kritis.

3. Menggunakan Kata Ganti 

Banyak menggunakan kata ganti penunjuk yang merujuk tempat, peristiwa, waktu, seperti: ini, itu, ke sini, begitu.

4. Menggunakan Kata Penghubung

Banyak menggunakan kata penghubung atau konjungsi kausalitas (sebab-akibat) seperti: sehingga, karena, sebab, oleh sebab itu (Kemdikbud, 2017, hlm. 100).

 

Tahapan Proses Menulis Teks Editorial

 

Jika sudah memahami pengertian fungsi serta ciri teks ini, maka saatnya untuk praktik menulis teks editorial. Beberapa langkah pertama yang bisa kamu lakukan adalah: 

1. Pencarian ide dan topik

Pilih topik terkini dan terhangat yang menarik pembaca. Topik yang menarik akan diminati para pembaca karena pembaca selalu ingin topik yang terbaru.

2. Seleksi dan penetapan topik

Setelah mendapatkan beberapa topik, kamu bisa menyeleksinya. Kamu dapat berkoordinasi dengan tim redaksi untuk memutuskan mana topik yang relevan dan menarik. Sesuaikan topik dengan pembaca. Penulis teks editorial harus memperhatikan bahasa, fakta-fakta dan pendapat yang dikemukakan apakah

3. Pembobotan substansi materi dan penetapan tesis

Kumpulkan data untuk mendukung pendapat. Data berupa fakta-fakta yang berhubungan dengan topik akan sangat mendukung pendapat yang sudah dibuat.  sudah tepat atau belum bagi pembaca

4. Proses pelaksanaan penulisan

Saatnya menulis dan menyunting teks editorial. Setelah menulis, periksa kembali teks yang sudah dibuat agar kaidah kebahasaan, tanda baca, dan kalimatnya sudah padu dan siap untuk dibaca para pembaca.

Baca Juga: Bagaimana Kriteria Buku Ajar yang Baik?

Contoh Teks Editorial

 

Supaya lebih memahami teks ini, berikut adalah contoh-contoh teks editorial yang bisa kamu temui di media massa. 

 

Langkah pemerintah dalam membentuk Tim Nasional Percepatan Pengembangan Vaksin Covid-19 pada pekan lalu memperlihatkan bahwa pemerintah mengandalkan ketersediaan vaksin sebagai jalan keluar dari pandemi ini. Tim yang terdiri dari sederet menteri, lembaga riset, perguruan tinggi, serta Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) akan bertugas hingga 31 Desember tahun depan.

 

Namun terdapat sejumlah masalah mendasar dari kebijakan pemerintah tersebut. Pertama, tugas dan fungsinya dapat tumpang tindih dengan Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional yang sudah dibentuk oleh Presiden. Meskipun masih sama-sama dipimpin oleh Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartato, keberadaan tim ini berpotensi menghambat birokrasi. Apalagi masyarakat juga belum melihat hasil kerja nyata komite di lapangan.

Kedua, keberadaan tim tersebut juga berpotensi berbenturan dengan tugas Konsorsium Riset dan Inovasi Covid-19 yang dipimpin oleh Kementerian Riset dan Teknologi atau Badan Riset dan Inovasi Nasional. Selain menghasilkan rapid test (tes cepat covid) dan ventilator, konsorsium ini juga sedang mengembangkan vaksin Merah Putih bersama Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Institute. Sebetulnya, pemerintah bisa saja cukup menugasi konsorsium ini untuk melaksanakan instruksinya perihal percepatan pengembangan vaksin.

Selain itu, ruang lingkup tim ini tidak terlalu jelas. Pembuatan vaksin yang mumpuni pastinya memerlukan waktu yang tidak sedikit dan tidak boleh terburu-buru. Misalnya, masyarakat tentunya tidak mau percepatan pengembangan vaksin Merah Putih malah memicu pertanyaan dunia riset global akan kredibilitasnya yang bahkan pemerintahnya saja terkesan tidak percaya dan membentuk tim lain untuk melakukannya.

Kemudian, Pemerintah seharusnya sangat paham bahwa uji klinis tahap ketiga adalah tahap paling penting dari perancangan vaksin atau obat. Uji klinis fase terakhir ini tidak dapat dilakukan dengan tergesa-gesa. AstraZeneca dan Universitas Oxford bahkan terpaksa menghentikan uji klinis buatan mereka ketika menemukan peserta uji klinis di Inggris mengalami efek samping yang serius. Sehingga, rasanya tidak akan banyak yang bisa dilakukan oleh tim nasional bentukan Presiden ini.

 

Penegasan Ulang

Daripada hanya mengandalkan vaksin saja, sebaiknya pemerintah bisa memperbaiki kapasitas pengetesan dan pelacakan pasien suspect. Melalui berbagai pusat layanan kesehatan sebetulnya pemerintah dapat memperbaiki kualitas pengobatan pasien dan kesiapan tenaga medis agar angka kematian pasien COVID-19 tidak terus meningkat.

 

Tanpa upaya terpadu yang melibatkan seluruh elemen masyarakat, tumpuan harapan pada satu solusi saja bisa dapat berujung pada masalah baru. Terutama jika waktu pengembangan vaksin jauh lebih lama dari apa yang dijanjikan oleh pemerintah. Pemerintah tidak boleh menyimpan semua telur dalam satu keranjang, upaya pengendalian wabah secara holistik dan ketat harus tetap dilakukan melalui berbagai sudut.

 

Tinggalkan Balasan