Review Buku Sang Guru (Darwis Triadi), Fotografer Legendaris

Review Buku Sang Guru

Pendidik merupakan profesi penting dalam lingkungan sosial. Banyak upaya telah dilakukan oleh pembuat kebijakan untuk memperbaiki cara kita mendidik hari ini. Hal ini terjadi karena pelatihlah yang sebenarnya menentukan bagaimana generasi masa depan terbentuk.

Citra guru yang bersemangat tercermin dalam karakter Darwis Triad. Di sekolah kursus fotografi yang ia dirikan, ia lebih memperhatikan pelatihan para fotografer yang nantinya bisa ikut serta. Poin – poin tersebut disuguhkan dalam buku “Sang Guru” (2023) karya Atok Sugiarto.

Atok Sugiarto sendiri adalah fotografer-jurnalis berpengalaman yang belajar banyak tentang teknik dan profesional fotografi dari Darwis Triad. Dalam pengantarnya, Atok menulis: 

Buku Darwis Triadi SANG GURU menguak latar belakang BABE memperoleh ilmu serta keinginan menjadi manusia yang utuh, menggali segala fitrah kehidupan, keberpihakan pada kebenaran, kejujuran, keberanian, kearifan, cinta, dan kasih yang tak akan henti digapai hingga batas perjumpaan dengan Sang Pencipta.

(Halaman 4)

Buku Sang Guru terdiri dari lima bab yang membahas tentang kiprah Darwis sebagai fotografer dan pendidik, serta Darwis sebagai sosok yang menginspirasi banyak orang. Selain itu, kutipan dan karya fotografi Darwis juga dikumpulkan dalam buku ini.

Banyak yang bisa dipelajari dari buku ini. Saya akan meringkas poin-poin menarik dari buku ini. 

Menimba dan Merembeskan Ilmu

Perjalanan Darwis Triadi sebelum menjadi fotografer ternama memang berat, mulai dari keterbatasan peralatan yang dimilikinya, keterbatasan akses informasi fotografi, hingga komentar-komentar aneh dari orang-orang di sekitarnya. Namun, semua itu dihadapi Darwis karena cita-cita hidupnya adalah menjadi seorang fotografer.

Berbagai masalah yang dihadapi Darwis menuntutnya untuk selalu belajar dan sadar diri. Dengan kata lain, perjalanan hidup membuat Darwis mengapresiasi seni fotografi yang dipelajarinya.

Salah satu orang yang sangat menginspirasi Darwis adalah ayahnya sendiri, almarhum Sumantri Brotosewoyo. Ajaran ayahnya inilah yang membantu Darwis menjadi profesional yang lancar dan berprestasi.

Salah satu tanggung jawab ayahnya adalah mewariskan ilmu yang diperolehnya. Itulah salah satu alasan Darwis mendirikan Darwis Triadi School of Photography.

Berkat ilmu dan sikap hidupnya, Darwis tidak hanya dianggap sebagai guru dalam arti sempit sekolah yang didirikannya, tetapi juga sebagai pendidik, teman bicara, sumber inspirasi, orang tua, pembimbing, panutan dan lainnya. dll. Banyak siswa dan staf sekolah telah menyatakan hal ini. Tidak ada alasan Darwis dipanggil “BABE” oleh mahasiswa dan dosen di Sekolah Fotografi Darwis Triadi. Dalam bahasa Betawi, bayi berarti bapak. Itu karena peran Darwin datang secara alami. 

Menjadi Guru versi Darwis Triadi

Dalam buku itu, Atok juga menyebutkan bahwa Darwis adalah sosok yang ideal menjadi seorang guru. Atok menggabungkan beberapa keterampilan di luar keterampilan fotografi Darwis. Keterampilan tersebut adalah sebagai berikut.

  1. Keterampilan Bertanya
  2. Keterampilan Memberikan Penguatan
  3. Keterampilan Mengadakan Variasi
  4. Keterampilan Menjelaskan
  5. Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran

Kelima keterampilan ini setidaknya merupakan hal yang tercermin dari cara Darwis mengajar sehari-hari.

Falsafah yang Tercermin dari Darwis Triadi

Seperti disebutkan sebelumnya, Darwis belajar fotografi dari bawah tanah. Hal ini memungkinkan Darwis untuk bebas bereksperimen dan mendemonstrasikan standar fotografi yang ada. Akhirnya Darwis menemukan desain yang sesuai dengan idenya.

Dalam hal ini, Atok menulis bahwa, “Konsistensinya lebih dari 42 tahun berkarya, seperti mampu membuat indah keindahan dunia, Memayu Hayuning Bawono.” (halaman 3).

Tentu saja untuk mencapaiprestasi seni yang tinggi diperlukan komitmen yang kuat, seperti yang dilakukan oleh Darwin Triadi.

Ilmu yang tinggi tidak membuat Darwis sombong. Padahal, Darwis selalu berusaha untuk sejajar dengan guru bahkan muridnya. Dengan kata lain, Darwis memperkenalkan pepatah: berdirilah setinggi-tingginya, duduklah serendah-rendahnya.

Melihatkesetaraan Darwis bisa muncul karena Darwis selalu berusaha mempelajari sesuatu, bahkan dalam dunia fotografi. Sebagai seorang praktisi dan pendidik, Darwis akhirnya mampu beradaptasi dengan zaman yang terus berkembang. 

Seberapa Bagus Buku Ini?

Buku ini sarat inspirasi untuk mengamalkan profesi seperti yang dilakukan Darwis Triadi semasa hidupnya. Kecintaan Darwin pada manajemen foto patut dijadikan referensi bagi pembaca.

Namun bukan itu saja,setelah memapankan ilmu dalam sebuah bidang, buku ini juga memiliki semangat untuk berbagi. Salah satu cara untuk berbagi adalah dengan menjadi seorang pendidik. Namun, pelatih tidak selalu harus berada di sekolah atau kursus resmi. Kita juga dapat mentransfer peran pelatih yang ideal ke lingkungan kita sehari-hari.

Meskipun buku ini mencakup berbagai teknik dan pelatih fotografi, secara keseluruhan buku ini mudah dipahami oleh non-fotografer dan guru. Secara keseluruhan, penulis menyoroti aspek inspiratif dari gaya hidup Darwis Triadi.

Secara keseluruhan, siapa pun bisa membaca buku ini sebagai cerminan profesi Anda saat itu. 

Apabila ingin mendapatkan buku ini, Kamu bisa pesan buku ini di Penerbit Bukunesia atau melalui halaman ini 

Kesimpulan

Spirit, Motivasi, dan Mentalitas adalah rumusan yang selalu menjadi pegangan, selalu menguatkan BABE dalam mengabdi pada profesi.

Spirit, Motivasi, dan Mentalitas merupakan tiga pilar yang sering disebut oleh Darwis Triadi. Hal ini tidak hanya berlaku kepada profesi fotografer, akan tetapi berlaku juga kepada segala bidang profesi. Meminjam istilah yang disematkan oleh penulis, banyak hal yang bisa kita pelajari dari Sang Guru, Darwis Triadi, untuk menjalani profesi dengan penuh passion.

Tinggalkan Balasan